Jogjakarta News Online - Peristiwa terjadinya
kasus bunuh diri yang sering terjadi berurutan di daerah Gunung Kidul, bukan
hal yang aneh sudah di ketahui sejak beberapa puluh lalu. Menyimpan banyak misteri, tidak sedikit pertanyaan untuk kalangan profesi dan ilmiah, serta
meninggalkan kesedihan untuk keluarga
yang ditinggal. Menurut data angka kejadian bunuh diri di kabupaten Gunung
Kidul sebesar 9 per 100 000 penduduk per tahun, data ini jauh lebih tinggi dari
kejadian di Jakarta yang hanya kurang dari 2 per 100 000 per tahun. Tak kalah
menyedihkan menyedihkan di tahun tahun
terakhir peristiwa bunuh diri ini banyak mengenai anak anak sekolah.
Ada apa sebenarnya ini ? Sangat jelas bunuh diri merupakan fenomena yang sangat kompleks yang melibatkan banyak faktor penyebab termasuk faktor psikologis.
Dibutuhkan analisis yang mendalam mengenai faktor faktor yang berperan dan diperlukan pengembangan program yang komprehensif untuk mencegah kejadian bunuh diri. Kurun waktu puluhan tahun masalah bunuh diri di Gunung Kidul ini telah menjadi bahan diskusi dan analisis. Seharusnya kejadian ini dapat ditekan serendah rendahnya.
Pada masa lalu di kalangan masyarakat Gunung Kidul terutama yang tinggal di pedesaan, muncul mitos pulung gantung. Pulung berarti wahyu. Pada malam hari masyarakat sering melihat sinar merah yang bergerak di atas bukit yang kemudian akan turun di salah satu rumah penduduk. Tidak sedikit anggota masyarakat yang masih percaya bahwa penghuni rumah yang kejatuhan pulung gantung, yang ditakdirkan untuk meninggal dengan cara menggantung diri. Bila salah satu penghuni rumah tadi percaya akan mitos ini atau jiwanya dalam keadaan tidak stabil, pada saat itu dengan serta merta dia akan melakukan bunuh diri oleh karena percaya bahwa ini sudah menjadi takdirnya.
Jikalau warna sinar tadi kebiruan maka dipercaya bahwa yang kejatuhan akan mendapatkan wahyu, semisal dapat lotere, kepilih jadi caleg , dan lain sebagainya. Kemudian Mitos ketiban wahyu (kejatuhan wahyu) yang ditandai dengan jatuhnya sinar dari angkasa di atap rumah memang dikenal dalam kepercayaan Jawa. Akan tetapi umumnya bersifat positip tanpa membedakan warna sinarnya. Kalo di Gunung Kidul mitos ini agak lebih canggih, semisal warna biru kehijauan maka wahyu positip. Jikalau warna merah isyarat suratan takdir untuk bunuh diri. Mungkin kalau mau percaya mitos sebenarnya nggak perlu yang canggih2. Menerima apa saja apa adanya apapun warna sinar yang jatuh, anggap itu wahyu.
Tidak sedikit kalangan yang juga menyangsikan fenomena pulung gantung ini sebagai penyebab bunuh diri. Ketika di analisis seorang peneliti dari UGM menyimpulkan bahwa kasus kasus bunuh diri di Gunung Kidul lebih erat berkaitan dengan kemiskinan dan kekeringan serta kesulitan hidup sehari hari. Banyak kasus bunuh diri lebih banyak terjadi di daerah daerah yang sangat kering, miskin dan sulit di jangkau. Pada tahun enam puluhan Gunung Kidul memang terkenal tandus dan rawan kelaparan. Akan tetapi perbaikan ekonomi selama beberapa tahun terakhir ternyata tak juga mampu mencegah kejadian bunuh diri. Banyak sekali faktor psikologi dan psikiatrik yang tak membaik hanya semata mata dengan perbaikan ekonomi.
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan