Jogjakarta News Online -(Gedangsari), Walaupun sudah 18 tahun berdiri sejak pemekaran tanggal
27 Juli 1995, Kecamatan Gedangsari masih tergolong sebagai daerah yang
terkucilkan, dibanding 17 kecamatan di
Kabupaten Gunungkidul yang lain. Ternyata penyebabnya ternyata wilayah yang
terdiri dari 67 padukuhan itu selama belasan tahun terjerat 4 persoalan yang
masih di hadapi hingga saat ini.
Menurut mantan Kepala Desa Hargomulyo yakni Suparjo, keempat masalah pokok yang sampai saat ini belum terpecahkan di Gedangsari itu, meliputi akses wilayah yang masih tertutup, tersendatnya celah fiskal dan rendahnya sumber daya manusia, serta kemiskinan yang masih menghinggapi sebagian besar penduduk.
Dijelaskan bahwa aksebilitas jalan dari dan ke Gedangsari sekarang secara tidak langsung masih dikatakan tertutup, yaitu di Gedangsari bagian utara meliputi Desa Sampang, Serut, Watugajah dan Tegalrejo. Karena sebagian besar warga dari 4 desa itu lebih memilih berbelanja ke Pasar Bayat, Gantiwarno maupun Wedi di Kabupaten Klaten dibanding ke Wonosari. Jarak ke Pasar Klaten memang lebih dekat, sehingga menjadikan mereka enggan bepergian ke Wonosari karena jauh.
"Dampak dari siklus perputaran uang banyak yang mengalir ke Klaten ketimbang ke Gunungkidul. Hal tersebut disebabkan belum optimalnya kegiatan sentra ekonomi seperti pasar, bank, maupun terminal di daerah ini. Salah satu pemicunya mungkin karena kondisi jalan yang sempit dan naik turun ,dan rawan kecelakaan sehingga lalu-lintas jalan jadi kurang ramai," ucapnya.
Selain hal tersebut , sumber daya masyarakat asli Gedangsari juga masih rendah sekali. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pegawai di berbagai instansi setempat justru merupakan pendatang dari luar Kecamatan Gedangsari. Tidak sedikit pegawai impor (lajon) yang berasal dari luar Gunungkidul. Sementara warga pribumi hanya menempati posisi sebagai tukang kebun, penjaga kantor, ataupun kui lapangan saja.
Menurut mantan Kepala Desa Hargomulyo yakni Suparjo, keempat masalah pokok yang sampai saat ini belum terpecahkan di Gedangsari itu, meliputi akses wilayah yang masih tertutup, tersendatnya celah fiskal dan rendahnya sumber daya manusia, serta kemiskinan yang masih menghinggapi sebagian besar penduduk.
Dijelaskan bahwa aksebilitas jalan dari dan ke Gedangsari sekarang secara tidak langsung masih dikatakan tertutup, yaitu di Gedangsari bagian utara meliputi Desa Sampang, Serut, Watugajah dan Tegalrejo. Karena sebagian besar warga dari 4 desa itu lebih memilih berbelanja ke Pasar Bayat, Gantiwarno maupun Wedi di Kabupaten Klaten dibanding ke Wonosari. Jarak ke Pasar Klaten memang lebih dekat, sehingga menjadikan mereka enggan bepergian ke Wonosari karena jauh.
"Dampak dari siklus perputaran uang banyak yang mengalir ke Klaten ketimbang ke Gunungkidul. Hal tersebut disebabkan belum optimalnya kegiatan sentra ekonomi seperti pasar, bank, maupun terminal di daerah ini. Salah satu pemicunya mungkin karena kondisi jalan yang sempit dan naik turun ,dan rawan kecelakaan sehingga lalu-lintas jalan jadi kurang ramai," ucapnya.
Selain hal tersebut , sumber daya masyarakat asli Gedangsari juga masih rendah sekali. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pegawai di berbagai instansi setempat justru merupakan pendatang dari luar Kecamatan Gedangsari. Tidak sedikit pegawai impor (lajon) yang berasal dari luar Gunungkidul. Sementara warga pribumi hanya menempati posisi sebagai tukang kebun, penjaga kantor, ataupun kui lapangan saja.
"Jika
ketiga masalah itu tidak segera digarap serius oleh pemerintah kabupaten , maka
akan muncul masalah ke-4 yakni kemiskinan dalam jangka waktu lama akan
membelenggu warga pribumi. Bayangkan , di Gedangsari hanya ada pasar negeri
yang hanya buka seminggu 2 kali saja, setiap Pasaran Jawa Pon dan Kliwon saja.
Biasanya beroperasi dari pukul 02.00 - 06.00 WIB. Kalau terus begini bagaimana
Gedangsari mau maju?" Kata Suparjo.
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan